Oleh: Diah Meirawati*
JAKARTA, BatakNature: Anak sulungku memiliki kisah yang sangat istimewa bagiku. Sebelum terlahir ke dunia pun dia sudah sangat memberikan warna kisah dalam hidupku. Allah meniupkan roh sulungku ke dalam rahim ini dikala usiaku baru menginjak 20 tahun; usia yg relatif sangat muda, apalagi di kalangan keluarga besar orangtuaku yang memegang teguh menikahkan anak-anak mereka setelah menyelesaikan pendidikan formal sarjana.
Di kehamilan sulungku jugalah kejadian bersejarah Trisakti berdarah 13-14 Mei 1998 kualami langsung. Kala itu aku yang tengah hamil trisemester akhir, sedang dinas pagi di rumah sakit tempatku bekerja yang jaraknya tidak jauh dari kampus Trisakti, Grogol Jakarta Barat.
Aku yang tengah berulang tahun ke-20 tepat 13 Mei itu terpaksa tak dapat pulang ke rumah di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur. Semua akses jalan tertutup karena berbagai aksi demonstrasi. Kepulan asap dari bom-bom molotov, rentetan bunyi tembakan, hingga serbuan orang-orang pribumi ke etnis Tionghoa yang tinggal di dekat rumah sakit kami, terlihat nyata di depan mata. Mayoritas mereka memang yang tinggal di kawasan Grogol.
(Kerusuhan 13 Mei 1998, sejarah kelam Bangsa Indonesia: foto Kabar24)
Kala itu, situasinya benar-benar sangat mencekam sehingga kami, karyawan dan para dokter yang bertugas, bertahan di rumah sakit hingga esok pagi tanggal 14 Mei.
Hari Lahir tepat saat Maulid Nabi
Proses kelahiran sulungku berjalan begitu mudah. Hari itu, 6 juli 1998 bertepatan dengan hari libur nasional yakni perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Karena hari libur, kami - aku, suamiku, orangtuaku, dan adik-adiku, berekreasi ke Ancol. Kami berangkat setelah Subuh agar bisa menikmati sunrise di tepi Pantai Karnaval, Ancol.
Kala aku dan suami sedang bersantai, tiduran di pinggir pantai, tiba-tiba gelombang cinta kontraksi datang begitu lembut. Sulungku sepertinya memberi sinyal untukku pagi itu. [rasa itu] datang tiap jam tapi begitu lembut, sehingga aku, ibunya, merasa tidak begitu terganggu. Hingga kami pulang ke rumah, gelombang cinta kontraksi dari sulungku terus hadir tiap jam. Karena tidak mengganggu, setelah dzuhur aku dan suami masih bisa hadir ke acara pernikahan teman kantor sekaligus sahabat karib suamiku. Bahkan perjalanan kami lanjutkan untuk mengunjungi tempat usaha bengkel bapak mertuaku dan menjambangi rumah kaka iparku hingga waktu ashar.
Hampir maghrib, kami baru tiba kembali di rumah.
Selepas maghrib gelombang cinta kontraksi sulungku semakin nikmat terasa dan sangat intens.
Tepat setengah sepuluh malam, akhirnya sulungku lahir dengan lancar, mudah, sehat, dan sempurna ke muka bumi ini. Persalinanku di rumah ditolong oleh almarhum ibuku dan kakak pertamaku yang sekaligus eyang putri dan uwak bagi sulungku. Mereka kebetulan berprofesi sebagai bidan di tempat praktek ibuku.
Semua menyambut dengan sangat bahagia karena sulungku adalah cucu pertama di keluargaku. Dia juga cucu lelaki pertama di keluarga suamiku. Terbayang betapa bahagianya kami menyambut kelahirannya. Sulungku lahir di hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Suamiku memberinya nama yang berarti cahaya surga Firdaus untuk anak laki-laki kami berdua.
Anak yang Baik
Sulungku sangat membantu aku menjadi seorang wanita sejati di bumi ini. Bahkan saat masih kecil, ia sudah banyak mengajarkanku yang kala itu masih berumur 20 tahun menjadi seorang ibu muda yang bekerja rangkap: di rumah membantu praktek kebidanan ibuku menangani pasien-pasiennya, juga bekerja di luar rumah sebagai karyawan salah satu rumah sakit swasta di bilangan Jakarta Barat.
(Kelahiran putra Sulungku: Ilustrasi BBC)
Hidup sebagai anak pasangan suami-istri muda yang masih banyak kekuranga di sana sini, sulungku tidak pernah menuntut banyak hal. Dia tumbuh menjadi anak manis yang aktif, ramah, dan sangat mengerti keadaan.
Oh ya, dia juga tumbuh dengan kelebihan lain, yakni indigo, hingga saat ini. Anak indigo umumnya dipercaya memiliki kemampuan khusus yang berkaitan erat dengan dunia supranatural. Entah bagaimana dia daapt tumbuh menjadi anak indigo. Mungkinkah berkaitan dengan pengalaman spiritual yang aku alami saat hamil? Aku pernah beberapa kali bertemu dengan makhluk kasat mata. Ataukah memang keistimewaan dari Allaah SWT yang diberikan untuknya.
Ujian dari Allah
Sampai akhirnya ujian itu datang, tepatnya di tahun 2009. Sulungku mendapat ujian dari Allah SWT. Dia yang biasanya periang, ramah, dan tidak pernah mengeluh tiba-tiba selalu terlihat sangat lelah setiap pulang sekolah. Waktu itu, aku sebagai ibunya tidak berfirasat apapun karena memang saat itu sulungku sudah duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar.
Dia mempunyai kegiatan eksul yang agak padat. Pagi sekolah, setelah pulang sekolah dilanjutkan dengan bimbel. Sore harinya ada kegiatan sekolah sepak bola. Setelah maghrib belajar TPA. Sehingga keluhan lelahnya setiap hari, masih dirasakan wajar bagiku
Suatu hari di Sabtu malam: aku yang tengah dinas infal [pengganti sementara] di sebuah klinik di bilangan Bintaro mendapat telephon dari suamiku. Dia mengabarkan jika biji kemaluan Sulungku membengkak.Pikiranku spontan mengira: Ah…mungkin Sulungku terkena sengatan hewan. Begitulah yang juga aku sampaikan ke suami.
Tugas di klinik mengharuskan aku tinggal semalam di sana. Kepada suami aku anjurkan untuk mengolesi minyak slada ke Sulungku.
Namun, paginya suamiku menghubungiku Kembali. Dia bilang yang membengkak bukan hanya biji kemaluannya tapi hampir di sekujur tubuhnya hingga ke permukaan wajah. Bahkan saking bengkaknya, Sulungku sampai tidak mampu membuka mata.
Mendengar itu, aku pun memutuskan untuk segera pulang.
Sesampainya di rumah, ternyata benar! Sulungku mengalami edema anasarka atau pembengkakan di seluruh tubuh. Ini terjadi karena ada penumpukan cairan berlebih di seluruh jaringan dan rongga tubuh.
Sebagai seorang ibu yang sedikit banyak tahu tentang hal-hal medis, tentunya sangat khawatir, sedih, kaget, dan berbagai macam rasa berkecamuk di dalam diri ini.
Alhamdulillaah aku memiliki seorang Om yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak. Saat itu juga aku langsung menghubungi beliau untuk berkonsultasi perihal anak Sulungku. Benar dugaanku, Sulungku terkena apa yang di dunia medis dikenal sebagai sindrom nefrotik. Begitupun, perlu pemeriksaan penunjang lain untuk memastikan diagnose tersebut.
Sekilas tentang sindrom nefrotik. Ini adalah keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan pada ginjal yang mengakibatkan kadar protein dalam urine meningkat. Ginjal yang seharusnya berfungsi menyaring darah, bocor. Akibatnya, kadar protein dalam urine tinggi. Sering juga disebut sebagai ginjal bocor. Penegakan diagnose sindrom ini dilakukan lewat pemeriksaan urine, darah, dan biopsy ginjal.Sindrom ini terbagi 2, primer dan sekunder. Primer biasanya ditemukan pada anak-anak. Hingga kini belum diketahui pasti apa penyebabnya. Sedangkan sekunder umumnya terjadi karena sejumlah penyakit, seperti: diabetes, lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit infeksi (antara lain: kusta, sifilis, HI, hepatitis, dll). Ada juga kasus yang disebabkan karena konsumsi obat-obatan, seperti anti inflamasi nonsteroid atau interfon alfa.
(nefrotik sindrom bisa menyerang anak-anak: ilustrasi Indozone)
Gejala utama sindrom ini adalah edema atau pembengkakan. Pada anak-anak edema bisaterlihat dari pembengkakan wajah; sedangkan pada orang dewasa di tumit diikuti pembengkakan di betis dan paha.
Kemudahan itu Allah Berikan
Alhamdulillah kembali kuhaturkan kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan untukku dalam segala hal agar aku bisa segera menangani penyakit Sulungku.
Kakak-ku yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta memberi kemudahan akses sehingga aku dapat memeriksakan Sulungku di laboratorium di sana tanpa mengantri. Begitupun biayanya. Semua ditanggung oleh kakak pertamaku itu.
Hampir aku lupa. Saat itu aku, Qodarullooh [atas ketetapan Allah SWT], menjadi tulang punggung keluarga karena suamiku sudah hampir 3 tahun menganggur di rumah.
Jadi, dengan begitu banyak kemudahan dari Allah itulah aku sangat-sangat bersyukur.
Tak lama kemudian hasil lab keluar. Ternyata benar, Sulungku terkena nefrotik syndrome dan butuh penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak khusus, yakni seorang nefrolog. Oleh Om-ku yang hanya spesialis anak biasa meminta aku menghubungi temannya, seorang nefrolog anak di RSCM klinik khusus tumbuh kembang.
Terharu
Malam harinya tiba-tiba Sulungku menemuiku di kamar. Dengan mata berkaca dia menyerahkan uang sebesar delapan ratus ribu rupiah kepadaku, sambil berkata: “Ma…sebenarnya uang ini aku kumpulkan untuk membelikan mesin cuci buat mama. Biar mama tangannya gak gatel-gatel lagi karena harus nyuci pake tangan. Tapi sepertinya keinginan itu harus ditunda dulu karena uang ini mungkin bisa untuk berobat aku. Aku tau pasti mama juga lagi bingung tentang biaya berobat aku.”
(Sulungku yang baik. Ilustrasi:Indonesiana)
Saat itu aku tak mampu berkata apapun. Sedih, terharu, dan semua perasaan bercampur jadi satu. Aku hanya bisa meteskan air mata sambil memeluk Sulungku seraya berkata: “Mas maafin mama ya yang belum bisa menjadi ibu yang terbaik untukmu. Bagi mama kamu adalah anak yang begitu membanggakan dan sesungguhnya kamulah sumber kekuatan dan kebahagiaan mama.”
Keesokan paginya dengan menggunakan sepeda motor, aku, suamiku, dan Sulungku berangkat dari daerah Tangerang Selatan menuju RSCM Jakarta. Anak keduaku kutitipkan ke tetangga sebelah rumahku yang kebetulan masih kerabat kami.
Sesampainya di rumah sakit ternyata banyak anak-anak seusia Sulungku, bahkan lebih kecil yang mempunyai masalah yang sama dengan dia. Atas rekomendasi Om-ku yang juga dokter spesialis anak, aku langsung menemui temen beliau yang merupakan professor khusus menangani masalah penyakit seperti yang anakku alami.
Kembali Allah menunjukan segala kemudahanNya untuk kami. Hari itu, sang Profesor sebenarnya tidak praktek. Namun entah kenapa, petugas yang dinas saat itu begitu berbaik hati mau menghubungi beliau yang tengah menguji di FKUI. Dan ternyata, karena satu dan lain hal, mahasiswa yang hendak diuji hari itu berhalangan hadir karena sakit. Sehingga beliau pun menyanggupi permintaan petugas yang berdinas pagi itu menuju ke klinik tumbuh kembang di RSCM untuk memeriksa Sulung kami.
Profesor yang baik
Kemudahan terus tanpa henti Allah tunjukan untuk kami. Profesor tersebut begitu sangat baik, tenang, sabar, dan teliti memeriksa anak kami. Beliau bahkan bersedia menunggui hasil laboratorium dari anak kami sekitar 1 jam. Sambil menunggu, beliau berbincang banyak kepada kami di ruangannya.
Kami yang sempat bingung dan sedih menjadi sangat tenang.
Sebelum bertemu dengan sang professor, aku sempat bercakap-cakap dengan orang tua yang anaknya mempunyai masalah sama dengan anak kami. Mereka memberitahu bahwa anaknya harus dirawat, perlu mendapatkan berbagi macam obat dan suntikan. Aku yang sedikit banyak berpengetahuan medis sempat bingung dan sedih.
Setelah semua rangkaian pemeriksaan selesai dan hasilnya keluar, professor tersebut [ternyata] hanya memberikan 2 jenis obat untuk anakku. Dia pun meminta untuk kami kembali lagi seminggu kemudian. Total biayanya? Ternyata sesuai dengan jumlah yang diberikan Sulungku semalam. Subhanollaah walhamdulillaahi walaaillaha illallooh wawloohuakbar wala hawla walaakuwwata illaabillaah, hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulut ini sambil menangis memeluk Sulungku, seraya aku berkata: “Mas kamu adalah anak hebat, mama baru menemukan seorang anak berobat dengan biaya sendiri yang telah ia kumpulkan, maafin mama ya nak.”
Ujian buat si Sulung
Sejak hari itu, Sulungku diuji oleh Allah dengan tidak boleh makan garam, makanan yang mengandung pengawet, dan makanan yang ada msg. Dia juga tidak boleh melakukan aktivitas yang dapat menguras energi.
(Diet ketat penderita nefrotik sindrom. Foto: dictio community)
Aku juga dipaksa memutar otak agar dapat menyediakan semua nutrisi untuk Sulungku, yakni makanan yang terbebas dari semua itu. Apalagi dengan penghasilan yang terbatas. Namun Allah kembali memperlihatkan segala kemudahan dan kuasaNya jika hambaNya berserah diri dan bertawakal padaNya.
Aku dibukakan kesempatan untuk mendapatkan berbagai pekerjaan yang tidak mengikat secara waktu dan tempat, sehingga setiap hari masih bisa mengurus segala kebutuhan Sulungku.
Satu hal lagi yang kemudian mengubahku adalah: aku yang semula tidak begitu senang dengan urusan pernak pernik di dapur, kini berubah 180 derajat menjadi seorang yang sering berkutat di dapur. Itu karena aku dituntut untuk menyajikan kebutuhan nutrisi bagi Sulungku yang memang harus makan masakan rumah.
Waktu terus bergulir, Sulungku kadang sehat namun kerap juga penyakitnya kambuh. Obat hampir tidak pernah lepas darinya. Setiap bermunajat, aku selalu menangis berdoa kepadaNya agar Allah segera memberikan kesempatan bagi Sulungku untuk bebas kembali bermain dan hidup normal seperti dulu.
Karena selama 2 tahun setelah ia divonis penyakit tersebut, Sulungku harus bolak-balik menjalani perawatan di rumah sakit. Sering aku merasa bersalah dan sangat sedih jika mendapati Sulungku tengah murung sendiri.
Namun, aku selalu berusaha kuat dan menghibur Sulungku walau sebenarnya hati ini remuk redam melihatnya. Satu hal yang Allah berikan untuk Sulungku yang membuatku tidak pernah mengeluh dan semakin sabar serta kuat, adalah Sulungku sendiri tidak pernah mengeluh dan selalu mendengarkan segala apa yang boleh dan tidak boleh [dilakukan atau dikonsumsi] olehnya.
Subhanallooh, bagiku Sulungku adalah guru terbaik dalam hidupku untuk terus memperbaiki diri sebagai hamba Allah .
Alhamdulillaah di usia ke 20 tahun, Sulungku mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting gadis seusianya yang juga merupakan teman saat bersekolah di pondok pesantren. Saat ini, mereka tengah menunggu kelahiran buah hati yang kedua.
Sembuh Setelah Menikah
Ternyata, bukan hanya Allah menyempurnakan keimanan Sulungku tetapi juga menyembuhkan penyakitnya. Sejak menikah tahun 2018 hingga kini, Sulungku sudah tidak pernah kambuh-kambuh lagi penyakitnya.
Akupun selalu berdoa agar dia disehatkan terus sampai ajal menjemput.
(Sembuh setelah menikah. Foto Ilustrasi: Republika)
Itulah mungkin sekelumit kisah Sulungku. Sebenarnya masih banyak moment haru yang belum sempat saya ceritakan di sini, namun demikian aku berharap sepenggal kisah ini bisa menjadi pelajaran: bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, selama kita mau bersabar, bertawakal, dan berdoa dengan sungguh-sungguh selalu padaNya
Puisi
Teruntuk Sulungku
Sulungku yang manis sekarang sudah dewasa
Begitupun aku yang beranjak dewasa menjadi seorang ibu
Kehadirannya begitu banyak memberi warna dalam hidupku
Kehadirannya membuatku terus belajar menjadi wanita tangguh
Kehadirannya membuat aku mau memutar otak di dapur
Kehadirannya membuatku terus berusaha menjadi wanita solehah
Kehadirannya membantuku menjadi seorang ibu yang baik
Kehadirannya banyak membantuku dalam segala hal
Alhamdulillaahi jazzakaulloohukhoiroo untuk Ananda Sulungku
Doa terbaikku selalu bersamamu
Bissmillaah Allaah selalu memberikan kesehatan, keewarasan, kekuatan, kesabaran, dan kebaroakahn dalam hidupmu
Bissmillaah Allaah mengizinkan aku meminjammu sampai ajal menjemputku
Bismillaah Allah terus memberikan semangat untukmu dalam menggapai cita-cita dan cinta
Cita dan cinta yang penuh kebarokahan
Barokah dunia dan akhirat Aamiin….
*Ibu lima anak dan dua cucu ini biasa dipanggil Dina. Lahir di Jakarta 44 tahun silam. Dina tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan. Lulusan D3 Kebidanan ini sempat bekerja di RS swasta di kawasan Grogol, Jakarta Barat selama 7 tahun. Kemudian memutuskan menjadi bidan praktek mandiri selama 10 tahun. Sejak 2018, Dina memilih menjadi full-time ibu demi menikmati golden moment bersama anak-anaknya. Dina aktif berkegiatan sosial di Posyandu di lingkungan tempat tinggalnya. Pembelajar yang giat ini juga rajin mengikuti sejumlah pelatihan mulai dari prenatal gentle yoga [bersertifikat], kebidanan, hingga public speaking. Baru-baru ini dia mengikuti workshop jurnalistik dan menulis.