Wisata Alam

Panaroma Luar Biasa di Puncak Pulau Samosir yang belum `Hype`

Penampakan Danau Toba dari Onan Runggu (foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com)
Penampakan Danau Toba dari Onan Runggu (foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com)

PANGURURAN, Kalderakita.com: Banyak tempat yang bisa kita datangi jika ingin menikmati puncak keindahan panorama kitaran Danau Toba. Parapat,  Kaldera Sibisa, Tuktuk, Simarjarunjung, Tele,  Sipinsur, Hutaginjang, Sibeabea, dan Holbung, termasuk. Ke spot yang memang instagramable inilah kaum pelancong berdatangan  selama ini untuk memanjakan diri atau mengobati jiwa letih (healing, begitu istilah anak-anak muda zaman sekarang). Bisa juga untuk berburu foto atau selfie di lokasi keren.

Sesungguhnya di kitaran kaldera yang maha luas masih banyak tempat yang tak kalah menarik tapi luput dari perhatian khalayak luas. Kemungkinan besar karena titik-titik dalam peta itu masih sulit dijangkau sehingga  kurang diekspos  termasuk di media sosial. Maka, para pecinta alam sajalah yang berpeluang mereguk keindahannya.

Puncak-puncak bukit yang bertebaran di sekeliling danau antara lain tempat seperti itu. Letaknya umumnya jauh dari jalan raya. Kalaupun sudah ada jalan setapak di sana, lintasannya biasanya masih payah. Jumlah lokasi seperti ini  tentu banyak  sebab kaldera hasil letusan super vulcano Toba sekitar 70 ribuan tahun silam ini berdindingkan perbukitan.

(Foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com)

Lintasan Tomok-Onan Runggu yang bagian utamanya membelah puncak Pulau Samosir termasuk yang luar biasa panoramanya namun belum kunjung hype (istilah kaum belia sekarang untuk sesuatu yang sedang menjadi buah bibir) . Danau Toba dalam bentuk yang tak biasa—maksudnya: tak seperti yang lazim tampak di foto-foto yang bisa disaksikan khalayak luas—bisa kita nikmati di sana-sini. Pula, atmosfir tano Batak yang masih alami  betul. Lihatlah yang tersaji di foto-foto ini. Para gembala cilik, umpamanya, masih bisa kita saksikan  bercengkrama dengan kerbau di alam bebas. Atau,  bocah-bocah babi melenggang dengan leluasa di halaman.

Sesungguhnya,  lintasan di kawasan yang masih berpenduduk sedikit ini sudah lama adanya. Hanya saja masih berupa jalan tanah yang bolongannya banyak. Jalur inilah yang digunakan TP Indorayon Inti Utama (IIU) yang telah bernama PT Toba Pulp Lestari (TPl) saat menebangi kayu tusam dan yang lain di dataran tinggi Pulau Samosir selama belasan,  kalau bukan duapuluhan,  tahun. Medannya yang berat membuat kendaraan biasa jarang melintasinya.

Kami sendiri pernah melintasinya belasan tahun silam. Waktu itu rombongan kecil kami naik angkot Wisata Indah dari Parapat. Kala itu berkali-kali kendaraan kami yang sarat penumpang dan barang bawaan terseok dan tarborot [terjebak di lubang berlumpur] sehingga segenap kami, kecuali sopir, mesti turun untuk mendorong di gelap malam.

(Foto: P Hasudungan Sirait/Kalderakita.com)

Kini ceritanya sudah sangat lain. Jalan tanah telah berubah menjadi jalan raya mulus yang terbilang lebar. PUPR yang telah menyulapnya. Kementerian ini telah merampungkan proyek perbaikan dan pelebaran jalan lingkar Pulau Samosir. Jalur Pangururan—Ambarita—Tomok—Onan Runggu  sendiri klar di penghujung 2019. Mulai dikerjakan pada Desember 2016, biayanya Rp 367,21 miliar.

Kendati jalannya sudah rapi-jali  laksana jalan tol Cipali atau tol Jakarta-Semarang, masih sedikit kendaraan yang melintas di sana. Mungkin karena infrastruktur pariwisata yang berkelas—seperti: tempat rehat, penginapan, restoran, dan kafe—belum tersedia. 

Selain itu, jalannya berkelok-kelok dan turun-naik. Ya, namanya juga membelah pegunungan. Jadi, kendati sangat instagramble, ia belum banyak dibicarakan termasuk di media sosial. Begitupun, peluangnya untuk hype di waktu yang tak begitu lama lagi pastilah besar.